Peran Pemuda Dalam Pembangunan Nasional
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang
mata kuliah Ilmu Sosial Dasar ini di perguruan tinggi di sajikan karena adanya
berbagai kritik dari para cendikiawan terhadap system pendidikan yang
berlangsung di Indonesia, bahwa perguruan tinggi itu seperti menara gading yang
para sarjana yang di hasilkannya tidak lebih dari sekedar “tukang-tukang” yang
kompeten di bidang ilmu yang di takuninya, tetapi mereka kurang peka, sensitif,
dan tak acuh terhadap masalah sosial yang ada di sekitarnya. Untuk mengatasi
kekurang pekaan itu di sajikanlah mata kuliah Ilmu Sosial Dasar bagi para mahasiswa
agar mereka memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosialnya.
Masalahnya
sekarang adalah, tepatkah jika kemudian mahasiswa dicitrakan sebagai makhluk
yang kurang peka dengan lingkungannya? Bukankah saat ini jika ada problem
sosial di masyarakat justru mahasiswalah yang paling depan meneriakkan telah
terjadinya ketimpangan itu, bahkan tidak jarang mereka harus berhadapan dengan
aparat kepolisian? Para mahasisa juga kadang-kadang kebablasan bertindak
anarkis untuk merealisasikan apa yang mereka inginkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Remaja, Pemuda, Dan
Sosialisasi
Remaja adalah generasi yang berumur 15 tahun sampai 20 tahun. Apabila
mereka bersekolah, batasannya adalah mereka yang belajar ditingkat SLTP, SLTA,
dan tahun-tahun awal memasuki perguruan tinggi. Sedangkan pemuda adalah mereka
yang berumur 10-35 tahun atau lebih, dengan catatan mereka, yang lebih dari
umur 35 tahun secara psikologis mempunyai jiwa kepemudaan. Adapun makna
sosialisasi adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh seseorang dalam menghayati
(mendarah dagingkan) norma-norma kelompok tempat ia hidup sehingga menjadi
bagian dari kelompoknya.
Di pundak pemuda terdapat bermacam-macam harapan, terutama dari generasi
lainnya. Hal ini karena mereka diharapkan dapat menjadi generasi penerus, yang
akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, dan generasi yang harus
melangsungkan estafet pembangunan secara terus-menerus. Pemuda akan kehilangan
fungsinya sebagai penerus fungsinya, karena pemuda akan menghadapi berbagai
permasalahan, pemuda memiliki potensi yang melekat pada dirinya dan sangat
penting artinya sebagai sumber daya manusia. Oleh karena itu, berbagai potensi
positif yang dimiliki generasi muda ini harus digarap, dalam arti, di
kembangkan dan di bina sehingga sesuai dengan asas, arah, dan tujuan
pengembangan dan pembinaan generasi muda di dalam jalur-jalur pembinaan yang
tepat serta senantiasa bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional,
sebagaimana terkandung didalam Pembukaan Undana-Undang Dasar 1945 alinia IV.
Proses sosialisasi biasanya disertai dengan enkulturasi atau proses
pembudayaan, yakni mempelajari kebudayaan yang dimiliki oleh kelompok, seperti
mempelajari adat istiadat, bahasa, kesenian, kepercayaan, system,
kemasyarakatan dan sebagainya. Proses sosialisasi dan enkulturasi ini dilakukan
secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui
tahapan-tahapan tertentu, yang semakin hari semakin meluas sifatnya, berawal
dari keluarga, kemudian meluas ke teman sepermainan, sekolah, lingkungan kerja,
dan seterusnya.
B. Peran Pemuda Dalam Pergerakan Nasional
Kalau
dilihat sejarah bangsa ini, tampak jelas batapa anak-anak muda acapkali
mempunyai keberanian mencetuskan gagasan-gagasan baru dan orisinal yang
bermanfaat bagi bangsanya. Kaum muda juga sering tampil ke depan, mengambil
inisiatif baru, dan menjadi aktivis yang dinamis dan militan.
Angkatan
1908 lebih banyak melakukan perintisan rasa dan semangat nasionalisme yang
kemudian semakin dimatangkan pada momentum Sumpah Pemuda tahun 1928, sementara
angkatan 1945 lebih berorientasi pada semangat dan api revolusi. Angkatan 1966
terlibat pada pergulatan politik menentang PKI, sedangkan angkatan 70-an lebih
banyak terlibat tentang wacana keadilan ekonomi politik.
Mencermati catatan historis tersebut, tampak bahwa sejarah kepemudaan itu di
bangun diatas idealisme dan komitmen sosial kaum muda. Peran kaum muda
sebetulnya merupakan terjemahan dari dinamika antara idealisme dan realitas
sosial yang dihadapi.
Generasi
muda adalah penentu perjalanan bangsa dimasa berikutnya. Mahasiswa sebagai inti
dari generasi muda, mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat
mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya, dan kebersiahannya dari noda
orde masanya. Mahasiswa adalah motor penggerak utama perubahan. Mahasiswa
diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kemujudan masyarakat.
Widodo
Dwi Putro, peneliti LP3ES Jakarta, mengupas tentang nasionalisme.Ia
mendefenisikan nasionalisme sebagai sikap dan tingkah laku individu atau
masyarakat yang nerujuk loyalitas dan pengabdian terhadap bangsa dan negaranya.
Namun secara empiris, nasionalisme tidak sesederhana defenisi itu.
Nasionalisme tidak seperti bangunan statis, tetapi selalu alektis dan
interpretatif sebab nasionalisme bukan pembawaan manusia sejak lahir, melainkan
sebagai hasil peradaban manusia dalam menjawab tantangan hidupnya. Terbukti
dalam sejarah Indonesia, kebangkitan arsa nasionalisme di daur ulang lagi oleh
para mahasiswa dan pemuda karena mereka merasa ada yang menyimpang dari
perjalanan nasionalisme bangsanya.
C. Masalah Generasi Muda
Berbagai
permasalahan generasi yang muncul pada saat ini antara lain sebagai berikut:
a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di
kalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda.
b. Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda
terhadap masa depannya.
c. Belum seimbang antara jumlah generasi pendidikan
yang tersedia, baik yang formal maupun nonformal. Tingginya jumlah putus sekolah
karena berbagai sebab bukan hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga
merugikan seluruh bangsa.
d. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran di kalangan generasi
muda mengakibatkan berkurangnya prokdutivitas oleh nilai-nilai (kekuasaan,
rakyat, dan sebagainya), makin besar kemungkinan timbulnya pengaburan arti. Karena itu,
masalah arti menjadi sangat penting.
Pemuda atau
genersai muda adalah konsep yang sering di artikan sebagai nili-nilai sebab
bukanlah semata-mata istilah atau kurtural. Kita mengenal kata-kata seperti “Pemuda harapan bangsa”, “pemuda milik masa
depan bangsa”. Kalau ditinjau dari segi objektif, perumusan yang riil
berdasarkan patokan yabg dapat di pergitungkan, seperti kesamaan umur, atau
segi kependudukan, pembagian umur antara 15 sampai 25 tahun, sering dihitung
sebagai pemuda, sedangakn dari segi sosiologis dan historis, di sini lebih
menekankan kepada nilai subjektif, atas dasar tanggapan masyarakat dan kesamaan
pengalaman historis.
Perubahan sosial, memang di tandai oleh terjadinya kepentingan hubungan
antar generasi yang dapat mengganggu system komunikasi yang efektif antar
generasi. Perbedaan pengalaman historis yang pokok adalah penting. Dalam hal
ini proses perubahan tersebut di tandai adanya konflik generasi. Generasi muda
sedikit mempunyai rasa kepentingan terhadap struktur sosial lama, dan karena
makin lebarnya system sosialisai yang berupa lembaga pendidikan atu sekolah.
Dengan demikian, rasa kesesuaian dan kesamaan makin meluas. Kita tahu bahwa
masalah generasi muda dan pemuda adalah universal. Artinya, intensitas yang
berbeda-beda dapat terjadi di mana-mana dan pada setiap saat. Namun,
berkembangnya teknologi akan meningkatkan proses. Dalam suasana seperti ini,
kepentingan generasi makin menonjol sehingga terjadinya peralihan, terlalu
cepat untuk dapat di kejar oleh kemampuan sosial.
Dalam hal mendewasakan mahasiswa, pemerintah telah merintis beberapa
kegiatan yang memberikan kemungkinan bagi para mahasisa untuk mendewasakan diri
dengan pendekatan inter disiplinerdan berhubungan langsung dengan masyarakat,
tetapi bermanfaat bagi masyarakat. Di samping itu, banyak dijumpai
kegiatan-kegiatan yang membentuk kepribadian dan keterampilan pemuda, seperti
di pesantern-pesantren.
D. Peranan pemuda dalam masyarakat
Masa
depan suatu bangsa terletak ditangan pemuda atau generasi mudanya sebab
merekalah yang akan menggantikan generasi sebelumnya dalam memimpin bangsa.
Oleh karena itu,generasi muda perlu diberi bekal berupa ilmu pengetahuan yang
sesuai dengan tuntutan zaman.
Dengan demikian, hasilnya akan seperti yang diharapkan.
a.
Pemuda
dan Perkembangan Pendidikan
Di Indonesia, kehidupan kaum muda
cukup beragam. Hampir di seluruh bidang
pendidikan, mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi, di bidang pekerjaan mulai
dikantor, pabrik, sawah dan sebagainya, bertujuan untuk meningkatkan kecakapan
dan keterampilan mereka dalam mempersiapkan diri menjadi generasi
pembangunan yang lebih baik. Dengan demikian lenyaplah anggapan sebagian
masyarakat terhadap anggapan kaum muda yang negatif.
Pada umumnya masalah sosial di Negara kita berhubungan dengan mobilitas
geografis dari penduduk (urbanisasi); perubahan mata pencaharian
;perubahan tingkah lainnya sehubungan dengan proses perkotaan. Urbanisasi
disini berarti luas, dianggap ia sebagai suatu fenomena dalam modernisasi sebab
urbanisasi merupakan salah satu perkembangan masyrakat.
Salah satu usahadalam membina generasi muda termasuk mahasiswa, dalam kegiatan
pendidikan dimasyarakat ialah sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi,yaitu
melalui KKN (kuliah kerja nyata) di desa-desa. Pembangunan gagasan ini terus
menerus di tingkatkan sesuai dengan anjuran mantan presiden Soeharto (1972),
yakni setiap lulusan perguruan tinggi memerlukan pengalaman dalam memecahkan
persoalan pembangunan di pedesaan dan membantu masyarakat desa untuk meningkatkan
taraf hidupnya.
Akibat –akibat sosial dalam usaha pembangunan desa yang terjadi segi negatif
dari akibat sosial tersebut,dan ini karena adanya mahasiswa disana dapat
diperkecil . masalah didesa,belum disadari masyarakat desa, tetapi dapat
dikenali oleh mahasiswa. Dalam perencanaan desa, mahasiswa dapat member sumbang
dan saran kepada kepala desa,dalam pembangunan daerah. Mahasiswa berkesmpatan
menambah dan memperluas pendidikan informal di desa.
b. Pengalaman
Pribadi Membentuk Mental
Sebagai gejala
yang universal, masa muda di bedakan atas gejala biologis dengan keanekaragaman
sruktur yang menjerumus gejala kultur, yang menjadikan perbedaan dari segi
kehidupan diatas dan proses hubungan antar kelompok pemuda ialah umur yang
memegang peranan penting. Setiap perkembangan umur, maka manusia selalu
memperoleh berbagai kemampuan dan pengalaman, baik biologis maupun intelektual.
Di samping itu,perbedaan tugas dan peran didalam masyarakat di tentukan
pula oleh umur.
Seperti kita ketahui ,mulai dari anak- anak sampai menjadi orang tua,dan
mulai dari di didik sampay pendidik, yang berjalan secara wajar, dan ini
tak dapat di hindari didalam masyarakat, umur merupakan dasar untuk menentukan
corak atau hubungan sosial budaya , artinya hubungan antar generasi,kegiatan
sosial dan sebagainya.
Yang di
maksud generasi di sini ialah dapat di tinjau dari segi biologis – kultur dan
sosial. Atas dasar inilah,disusun suatu konsep tentang makna generasi, seperti
orang-orang sebaya dengan pengalaman pada waktu yang sama,akan menciptakan arah
hidup yang sejenis.
Manusia
tidak selamanya akan hidup terus sehingga perlu adanya.Peralihan dan pergantian
tugas dan tanggung jawab. Makin maju suatu masyarakat,makin lancar proses penggantian
tersebut (generasi muda dengan lapisan diatasnya). Dengan demikian tidak
memungkinkan timbulnya gaya khas pemuda. Kita tahu bahwa setiap kelompok pemuda
memiliki gaya sendiri-sendiri. Dalam kondisi seperti ini, ahli generasi akan
mengalami kesulitan. Kita lihat saja di Indonesia berbagai generasi timbul
berdasarkan aspirasi sejarah,seperti ‘ genersi 28, genersi 45, genersi 66.dan
sebagainya
c. Pengaruh Pemuda Sosial Ekonomi
Perubahan sosial akan dialami setiap masyarakat di mana saja,terutam pada
masa pembangunan ini,seperti di Indonesia, yang merupakam dinamika perubahan
sosial budaya pada masa pembangunan. Khususnya yang menyangkut pemuda,
perubahan sosial adalah terjadi perubahan yang mencolok dalam susunan umur,
yang akan mempengaruhi sikap dan sifatnya. Oleh karena itu , perlu adanya
pemikiran untuk mengendalikan sifat dan sikap pemuda sehingga tidak menjerumus
pada perbuatan tercela. Perlu dipikirkan adanya pendirian tempat latihan kerja
(pendidikan nonformal) bagi anak muda yang tidak dapat meneruskan sekolah dan
mereka diarahkan untuk berproduksi.
Generasi
muda,dengan sikap keprihatinannya dan gotong royang, mula-mula dapat di terima
oleh semuanya,namun hal tersebut suatu saat akan mencapai batas optimum, yaitu
pada saat generasi tua terbukti akan penyelewengaannya. Gaenerasi muda tidak
perlu bersikap curiga dan melawan generasi tua sebab suatu saat tentu akan tiba
giliran mereka untuk berperan .
d. Penyesuaian Diri dengan Lingkungan
Salah satu kelemahan ilmu sosial ialah mengenai keterbatasannya dalam
menemukan pengertian yang umum yang berlaku dari suatu konsep. Makin mudah
konsep di hinggapi nasional dan memperlambat keceptan lacu perkembangan
pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainny.
Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan
badan di kalangan genersi muda. Hal tersebut disebabkan rendahnya daya beli dan
kurangnya perhatian tentang gizi dan menu makanan seimbang dikalangan
masyarakat yang berpengahsilan rendah.
Masih banyak
perkawinan di bawah umur , terutama di kalangan masyarakat daerah perdesaan.
Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan
keluarga.
Meningkatkan kenakalan remaja termasuk penyalah gunaan narkotika dan belum
adanya peraturan tentang perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dalam
rangka memecahkan permasalahan genersi muda ersebut diatas, diperlukan
usaha-usaha terpadu, terarah, dan berncana dari seluruh potensi nasional dengan
melibatkan genersi muda sebagai subjek pembangunan. Organissi-organissi pemuda
yang telah berjalan baik merupakan potensi yang siap untuk dilibatkan dalam
kegiatan pembangunan nasional.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial
khususnya bagi para remaja dan pemuda yang berpikir di bekali rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu inilah yang mendorong kita untuk mengenal, memahami, dan
menjelaskan hal yang bersifat alamiah, sosial, dan budaya serta manusia
berusaha untuk memecahkan masalah yang di hadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu
dan usaha untuk memahami masalah menyebabkan manusia dapat mengumpulkan
pengetahuan.
Pengetahuan yang di peroleh remaja dan pemuda mula-mula terbatas pada hasil
pengamatan terhadap gejala alam, masyarakat, dan budaya, kemudian semakin
bertambah dengan pengetahuan yang di peroleh dari hasil pemikirannya.
Selanjutnya dari peningkatan kemampuan daya pikirnya para remaja dan
pemuda, mereka mampu melakukan segala hal untuk membuktikan dan mencari
kebenaran dari sesuatu hal baik yang bersifat alamiah, sosial, dan budaya yang
keseluruhan itu membutuhkan mental yang kuat.
REFERENSI
·
Mawardi, Drs. Hidayati
Nur, Ir. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu budaya Dasar, CV.
Pustaka Setia, Bandung: 2009
·
Wahyu Ramdani, Ilmu
Sosial Dasar, CV. Pustaka Setia, Bandung: 2007
·
http://www.scribd.com/doc/117520939/PERAN-PEMUDA-DALAM-PEMBANGUNAN-NASIONAL#logout
Labels: Artikel
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home