ILMU,PENGETAHUAN dan BAHASA
ILMU
Dilihat dari segi bahasa, ilmu berasal dari bahasa arab yaitu
al-ilmu, atau dai bahasa Yunani yaitu logos, yang berarti
pengetahuan.Orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit
kebingungan tatkala menghadapi kata “ilmu”. Dalam bahasa Arab kata ” Al-ilm”
berarti pengetahuan (knowledge). Sedangkan kata ilmu dalam bahasa indonesia
biasanya merupakan terjemahan dari science. Ilmu dalam arti science itu hanya
sebagian dari Al-ilm dalam bahasa Arab. Maksudnya agar orang yang mengerti
bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (science) dengan kata ilmu
(knowledge). Prof Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu: 2010. Hal 3.Ilmu pada dasarnya
adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam
atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses
berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu
yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.Definisi ilmu bergantung pada cara
kerja indra masing-masing individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara
berfikir setiap individu dalam memproses pengetahuan yang di perolehnya. Selain
itu juga, dalam definisi ilmu bisa berlandaskan aktifitas yang dilakukan ilmu
itu sendiri. Kita dapat melihat hal itu melalai metode yang digunakan.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Ilmu dapat
diartikan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang (pengetahuan) itu.
FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan
ilmu-ilmu sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat
khas, maka filsafat ilmu ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam atau
ilmu-ilmu sosial.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin
menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti: Objek apa yang
ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang
benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara atau
sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan
objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
Jika disimpulkan berbagai macam pertanyaan di atas maka yang
pertama adalah persoalan-persoalan yang berkaitan dengan masalah ontologis.
Kedua, masuk dalam wilayah kajian epistemologis. Sedangkan yang ketiga adalah
problem aksiologis. Semua disiplin ilmu pasti mempunyai tiga landasan ini.
a.
Ontologi
“Secara terminologi,
ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau ontos yang berarti “ada” dan
logos yang berarti “ilmu”. Sedangkan secara terminologi ontologi adalah ilmu
tentang hakekat yang ada sebagai yang ada (The theory of being qua being).
Sementara itu, Mulyadi Kartanegara menyatakan bahwa ontology diartikan sebagai
ilmu tentang wujud sebagai wujud, terkadang disebut sebagai ilmu metafisiska.
Metafisika disebut sebagai “induk semua ilmu” karena ia merupakan kunci untuk
menelaah pertanyaan paling penting yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan,
yakni berkenaan dengan hakikat wujud.Berbagai macam pandangan tentang Ontologi
yaitu ; Monisme,Dualisme,Prulalisme,Nihilisme, dan Agnostisime.
b.
Epistemologi
Epistemologi merupakan
tahapan berikutnya setelah pembahasan ontologi dalam filsafat. “Istilah
epistemologi dipakai pertama kali oleh J.F. Feriere yang maksudnya untuk
membedakan antara dua cabang filsafat, yaitu epistemologi dan ontologi
(metafisika umum). Kalau dalam metafisika pertanyaannya adalah apa yang ada
itu? Maka pertanyaan dasar dalam epistemologi adalah apa yang dapat saya
ketahui?”
c.
Aksiologi
Aksiologi merupakan bagian dari
filsafat
ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi
adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu axios
yang artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah
teori tentang nilai dalam berbagai bentuk. Dalam kamus Bahasa Indonesia
aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia tentang
nilai-nilai khususnya etika. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :
1.
Moral Conduct yaitu tindakan moral, Bidang
ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
2.
Estetic expression yaitu ekspresi keindahan,
bidang ini melahirkan keindahan
3.
Socio-politcal life yaitu kehidupan social
politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
.
ABSTRAK ILMU (ILMIAH)
TESIS
merupakan kesimpulan atas sebuah hasil riset ilmiah yang didasari atas
bukti-buti dan pemikiran logis. ANTITESIS
adalah hasil sebuah riset ilmiah yang menggambarkan keterbaikan atau sangkalan
atas tesis yang yang ada sebelumnya dengan maksud menuluruhkan tesis itu.
SINTESIS merupakan jawaban atau kesimpulan atas pertentangan yang dibuat antara tesis dan antitesis sehingga menjadi satu hal utuh yang merupakan hasil ilmiah yang baru.
SINTESIS merupakan jawaban atau kesimpulan atas pertentangan yang dibuat antara tesis dan antitesis sehingga menjadi satu hal utuh yang merupakan hasil ilmiah yang baru.
SIFAT ILMU
RASIONAL Ilmu pengetahuan harus bersifat
rasional artinya ilmu tersebut harus mempunyai sifat kegiatan berpikir yang
ditundukan pada logika atau penalaran. Berpikir rasional berarti berpikir
secara sistematis yang kompleks dan konsepsional dengan kemampuan menggunakan
lambang untuk dapat memberi arti yang hampir tidak terbatas kepada suatu objek
material, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa.
EMPIRIS Ilmu pengetahuan harus bersifat
empiris artinya kesimpulan atau konklusi ilmu pengetahuan yang diambil harus
tunduk kepada pemeriksaan atau verifikasi indra manusia, maka kaidah logika
formal dan hukum sebab-akibat harus menjadi dasar kebenaran yang bersifat
relitas objektif dan netral.
FAKTA dan TEORI Ilmu pengetahuan terdiri atas dua
unsur besar, yaitu fakta dan teori. Teori mendefinisikan fakta sebagai
observasi empiris yang bisa diverifikasi dan mempunyai tugas menempatan
hubungan yang terdapat diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya
berdasarkan fakta saja, tetapi untuk menjadi ilmu pengetahuan fakta harus
disusun dalam suatu sistem dan diinterpretasikan sehingga tanpa metode tersebut
suatu fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.
UNIVERSAL Ilmu pengetahuan harus bersifat
umum artinya kebenaran yang dihasilkan ilmu pengetahuan dapat diperiksa oleh
para peninjau ilmiah dan dapat dipelajari atau diikuti secara umum serta dapat
diajarkan secara umum pula. Kebenaran ilmu tidak bersifat rahasia tetapi
memiliki nilai sosial sehingga kewibawaan ilmiah didapat setelah hasil itu
diketahui, diselidiki dan dibenarkan veliditasnya oleh sebanyak mungkin ahli
dalam bidang ilmu tesebut.
AKUMULATIF Ilmu pengetahuan harus bersifat
akumulatif atau saling berkaitan artinya ilmu pengetahuan tersebut harus
diketengahkan hubungan antara ilmu dan kebudayaan sebab ilmu merupakan salah
satu unsur kebudayaan manusia. Misalnya, untuk dapat belajar manusia mempunyai
kemampuan berbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu pengetahuan yang dikenal
dewasa ini, merupakan kelanjutan dari ilmu yang ada sebelumnya.
PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.Dalam
pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang
belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan
tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi
untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya,
pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil
pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan
menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan
tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
GARIS BESAR
ILMU DENGAN PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh
manusia atau hasil pekerjaan manusia menjadi tahu. Pengetahuan itu merupakan
milik atau isi pikiran manusia yang merupakan hasil dari proses usaha manusia
untuk tahu. Dalam perkembangannya pengetahuan manusia berdiferensiasi menjadi empat
cabang utama, filsasat, ilmu, pengetahuan dan wawasan. Untuk melihat perbedaan
antara empat cabang itu, saya berikan contohnya: Ilmu kalam (filsafat), Fiqih
(ilmu), Sejarah Islam (pengetahuan), praktek Islam di Indonesia (wawasan).
Bahasa, matematika, logika dan statistika merupakan pengetahuan yang disusun
secara sistematis, tetapi keempatnya bukanlah ilmu. Keempatnya adalah alat
ilmu.
Setiap ilmu (sains) adalah pengetahuan
(knowledge), tetapi tidak setiap pengetahuan adalah ilmu. Ilmu adalah semacam pengetahuan
yang telah disusun secara sistematis. Bagaimana cara menyusun kumpulan
pengetahuan agar menjadi ilmu? Jawabnya pengetahuan itu harus dikandung dulu
oleh filsafat , lalu dilahirkan, dibesarkan dan diasuh oleh matematika, logika,
bahasa, statistika dan metode ilmiah. Maka seseorang yang ingin berilmu perlu
memiliki pengetahuan yang banyak dan memiliki pengetahuan tentang logika,
matematika, statistika dan bahasa. Kemudian pengetahuan yang banyak itu diolah
oleh suatu metode tertentu. Metode itu ialah metode ilmiah. Pengetahuan tentang
metode ilmiah diperlukan juga untuk menyusun pengetahuan-pengetahuan tersebut
untuk menjadi ilmu dan menarik pengetahuan lain yang dibutuhkan untuk
melengkapinya.
Untuk bepengetahuan seseorang cukup buka
mata, buka telinga, pahami realitas, hafalkan, sampaikan. Adapun untuk berilmu,
maka metodenya menjadi lebih serius. Tidak sekedar buka mata, buka telinga,
pahami realitas, hafalkan, sampaikan, secara serampangan. Seseorang yang ingin
berilmu, pertama kali ia harus membaca langkah terakhir manusia berilmu,
menangkap masalah, membuat hipotesis berdasarkan pembacaan langkah terakhir
manusia berilmu, kemudian mengadakan penelitian lapangan, membuat pembahasan
secara kritis dan akhirnya barulah ia mencapai suatu ilmu. Ilmu yang
ditemukannya sendiri.
Apa maksud “membaca langkah terakhir manusia
berilmu” ? Postulat ilmu mengatakan bahwa ilmu itu tersusun tidak hanya secara
sistematis, tetapi juga terakumulasi disepanjang sejarah manusia. Tidak ada
manusia, bangsa apapun yang secara tiba-tiba meloncat mengembangkan suatu ilmu
tanpa suatu dasar pengetahuan sebelumnya. Katakanlah bahwa sebelum abad
renaisansi di Eropa, bangsa Eropa berada dalam kegelapan yang terpekat. Karena
larut dalam filsafat skolastik yang mengekang ilmu dan peran gereja. Para
ilmuwan dan para filsafat abda itu tentu memiliki guru-guru yang melakukan
pembacaan terhadap mereka tentang sampai batas terakhir manusia berilmu di
zaman itu. Ilmu kimia abad modern sekarang adalah berpijak pada ilmu kimia,
katakanlah abad 10 masehi yang berada di tangan orang-orang Islam. Dan ilmu
kimia di abad 10 masehi itu tentu bepijak pula pada ilmu kimia abad 3500 tahun
sebelum masehi, katakanlah itu misalanya dari negri dan zaman firaun.
Jadi seseorang yang ingin berilmu manajemen,
misalnya, maka ia harus mengumpulkan dulu pengetahuan-pengetahuan mnajemen yang
telah disusun sampai hari kemarin oleh para ahli ilmu tersebut dan merentang
terus kebelakang sampai zaman yang dapat dicapai oleh pengetahuan sejarah.
Cara praktis, cepat, kompatibel, kredibel,
aksesibel, dan lain-lain bel positif lainnya, untuk berilmu ialah dengan
sekolah formal, dari SD hingga S3. Beruntunglah kawan-kawan yang bisa meraih
gelar sarjana. Gelar magister dan seterusnya. Memang sekalipun gelar sudah s3 tapi
koq masih terasa haus juga terhadap ilmu. Itu karena ilmu yang ada pada dirinya
sebenarnya barus sedikit dari khazanah ilmu yang pernah disusun manusia, sedang
disusun, dan apalagi jika dibanding dengan ilmu di masa depan sampai haru
kiamat nanti.
BAHASA
Sebagai alat komunikasi bahasa merupakan saluran perumusan
maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja
sama dengan orang lain. Secara umum sudah jelas bahwa fungsi bahasa adalah
sebagai alat komunikasi. Bahasa sebagai wahana komunikasi bagi manusia, baik
komunikasi lisan maupun komunikasi tulis. Fungsi ini adalah fungsi dasar bahasa
yang belum dikaitkan dengan status dan nilai-nilai sosial.
Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi,
kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita
ingin menyampaikan gagasan dan pemikiran yang dapat diterima oleh orang lain.
Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin
mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli atau
menanggapi hasil pemikiran kita.
Dan juga pada saat menggunakan bahasa sebagai
komunikasi,berarti memiliki tujuan agar para pembaca atau pendengar menjadi
sasaran utama perhatian seseorang. Bahasa yang dikatakan komunikatif karena
bersifat umum. Selaku makhluk sosial yang memerlukan orang lain sebagai mitra
berkomunikasi, manusia memakai dua cara berkomunikasi, yaitu verbal dan non
verbal. Berkomunikasi secara verbal dilakukan menggunakan alat/media bahsa
(lisan dan tulis), sedangkan berkomunikasi cesara non verbal dilakukan
menggunakan media berupa aneka symbol, isyarat, kode, dan bunyi seperti tanda
lalu lintas,sirene setelah itu diterjemahkan kedalam bahasa manusia.
Sebagai sarana komunikasi, bahasa mempunyai fungsi utama.
Dimana dapat dijelaskan bahwa komunikasi bahasa ialah penyampaian pesan atau
makna oleh seseorang kepada orang lain. Keterikatan dan keterkaitan bahasa
dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring
perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat. Perubahan bahasa
dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa
kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Terutama pada
penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Contoh bahasa sebagai alat
komunikasi berupa: Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi misalnya gerak
badani, alat bunyi-bunyian, lukisan, gambar, dsb). Sebagai contoh masyarakat
Indonesia lebih sering mengenal ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang
Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”,”Time untuk “waktu”.
Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan satu bahasa melainkan
banyak bahasa.
BAHASA SEBAGAI PEMISAH ZAMAN PRASEJARAH
DAN SEJARAH
Zaman batu,
merupakan zaman dimana makhluk purba hidup seperti dinosaurus, maupaun manusia
purba. Zaman tersebut awal dari munculnya peralatan-peralatan yang terbuat dari
batu, alat tersebut yang kemudian digunakan oleh para manusia purba untuk
berburu maupun melakukan aktifitas lainnya.Pada zaman ini, tidak ditemukan
angka maupun huruf, alat komunikasi mereka hanya berupa suara ataupun hanya
sebuah tanda pada dinding gua.Oleh karena itu pada zaman prasejarah ini tidak
ditemukan bahasa, berlanjut ke zaman sejarah dimana kemampuan intelegensi manusia
yang akhirnya mampu mengembangkan sebuah peradaban, dan akhirnya seiring
perkembangan juga, manusia membutuhkan alat kuminkasi secara verbal. Hingga
ahirnya munculah sebuah symbol-symbol yang mulai mirip dengan huruf dan angka
hingga akhirnya berkembang hingga menghasilkan sebuah rangkaian bahasa
sempurna, zaman ini merupakan zaman sejarah.
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuanhttps://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/07/22/perbedaan-antara-ilmu-dan-pengetahuan/
Labels: Tugas