Pahlawan Nuklir Louis Slotin
Sebagai ilmuwan nuklir, tentu saja resiko yang dihadapi sangat
tinggi, misalnya terkena paparan sinar radiasi atau bahkan ledakan
nuklir. Namun di balik percobaan-percobaan nuklir berbahaya yang pernah
dilakukan, terdapat seorang sosok yang membuat seluruh ilmuwan nuklir
bangga, yakni Dr. Louis Slotin.
Tepat setelah perang dunia kedua berakhir di tahun 1945, Dr. Louis
Slotin bersama ilmuwan nuklir lain berusaha melakukan serangkaian
eksperimen untuk menetukan berat dua zat radioaktif, yaitu Uranium dan
Plutonium.
Eksperimen yang dilakukan oleh tim Dr. Slotin pun tergolong sangat
ekstrem, dengan mendekatkan Uranium dan Plutonium yang terkandung di
dalam dua buah wadah berbentuk setengah bola secara manual. Bahkan, Dr.
Slotin melakukannya dengan tangan kosong.
Satu-satunya alat bantu yang digunakan adalah sebuah obeng biasa
untuk memisahkan kedua belahan bola radioaktif Uranium dan Plutonium
tersebut.
Lewat cara yang cukup mengerikan itu, ilmuwan mengklaim dapat
mengetahui berat dari zat radioaktif tanpa perlu melakukan sebuah reaksi
nuklir dengan potensi yang lebih berbahaya.
Tepat tanggal 21 Mei 1946, Dr. Slotin dan ketujuh rekannya
menjalankan penelitian tersebut di laboratorium rahasia bernama 'Omega'
di pangkalan Los Alamos. Sayangnya, saat tengah mendekatkan kedua belah
bola yang mengandung Uranium dan Plutonium tersebut, obeng yang dipegang
oleh Dr. Slotin tidak sengaja tergelincir.
Seketika itu pula dua buah belahan bola Uranium dan Plutonium saling
bersentuhan dan mulai beraksi nuklir. Tak ayal, kedelapan ilmuwan di
ruangan itu, termasuk Dr. Slotin, merasakan gelombang panas yang
dihasilkan oleh reaksi nuklir tadi. Bahkan, bola tersebut memancarkan
cahaya biru yang terdiri dari sinar gamma ke seluruh ruangan.
Di saat-saat kritis itulah, Dr. Slotin dengan sigap menggunakan
tangan kosongnya untuk mendorong salah satu belahan bola sehingga jatuh
ke tanah sekaligus menghentikan pancaran sinar radiasi. Tindakan
tersebut mencegah munculnya radiasi yang lebih parah atau bahkan ledakan
akibat kontak antara Uranium dan Plutonium.
Dr. Slotin pun dianggap mampu menyelamatkan rekan-rekannya. Namun,
aksi heroik yang dilakukan oleh Slotin juga berdampak negatif padanya.
Slotin mengaku tangannya seperti terbakar dan merasakan rasa asin di
mulutnya, bahkan setelah itu Slotin mulai muntah-muntah sebagai tanda
dari keracunan radiasi tingkat tinggi.
Hebatnya, ketika diperjalanan ke rumah sakit, Slotin masih sempat
membuat rekan-rekannya bangga dengan mengatakan,"Kalian akan selamat,
tapi aku sudah tamat".
Bahkan, sesampainya di Rumah Saklit Los Alamos pun Slotin masih
sempat meminta maaf pada teman-temannya, termasuk Alvin Graves. Graves
nantinya juga meninggal akibat dampak radiasi 19 tahun setelahnya.
"Aku minta maaf membawa kalian dalam insiden ini. Aku mungkin hanya
hanya mempunyai kesempatan 50 persen untuk hidup. Aku berharap kalian
mempunyai kesempatan yang lebih baik dari aku," kata Slotin.
Dr. Louis Slotin yang saat itu baru berusia 35 tahun pun akhirnya
meninggal setelah 9 hari dirawat di rumah sakit akibat keracunan radiasi
yang sangat parah. Namun, aksi heroiknya pria yang lahir tanggal 1
Desember 1911 tersebut membuat rekan-rekannya hidup lebih lama, bahkan
ada yang tidak mengalami efek radiasi sama sekali.
Sumber : merdeka.com
Labels: Artikel